Merintih sang malam
pada titik senggamanya waktu
melahirkan tarian gincu merah
menembangkan kidung kematian
usai senja bisu
laut pun mati ombak
semilir angin tak tentu arah
hanya wajah bumi merah padam
tak nampak jejak kaki
bagai telanjang diatas bara
namun sadar masih ku kalungkan
pada leher sebatang nafas. . .
::
tak dapat ku pungkiri
kau begitu berarti. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar