Saat
engkau bersikukuh mengatakan hanya bersahabat dengannya. Persahabatan
dari dua jenis yang berbeda. Aku melihat, rasa dan sikapmu padanya bukan
sekedar rasa bersahabat semata. Aku melihat sikap dan perhatianmu
padanya lebih mirip seperti engkau sangat mencintainya. Aku tahu kau
menyembunyikan cintamu padanya sendiri.
Engkau mencintainya diam-diam, sementara dia hanya menganggapmu teman.
Kau harusnya mengerti, dalam bersahabat dia tak mau ada yang sampai
punya rasa lebih selain berteman. Bila dalam bersahabat ada yang jatuh
cinta padanya, maka dia akan memutus persahabatan. Itu yang sebenarnya
membuatmu takut dan tak berani menyatakan rasa cintamu padanya. Begitu
bukan?
Namun, caramu yang begitu memujanya. Segala perhatianmu
yang begitu mematuhinya. Menunjukkan betapa engkau penuh pengorbanan
untuknya. Dari caramu yang begitu, engkau lebih rela meninggalkan
kekasihmu dari pada kehilangan sahabat perempuanmu itu. Kau begitu
mencintainya bukan? Sampai kau rela diam dan bungkam menahan semua yang
kau rasa cukup di hatimu. Kau takut dia akan benar-benar membenci dan
meninggalkanmu, jika saja dia tahu kau punya rasa itu.
Begitu
hebatnya engkau menahan rasa cintamu padanya tanpa sedikitpun dia
perduli pada rasamu. Bila engkau merasa rindu padanya, hanya dengan
memandang wajahnya engkau sudah merasa seperti memeluknya dan
mencumbunya dan engkaupun pulang dari menyambanginya dengan hati riang
bahagia karena terobati sudah rasa merindumu padanya setelah hanya
mencumbui bayang-bayangnya. Walau untuk mencintainya dan menemuinya
engkau harus mendustai kekasihmu yang sangat menyayangimu.
Itu
bukan sekedar rasa bersahabat biasa. Itu adalah rasa cinta yang dengan
manis dan tersembunyi yang akan kau bawa sampai mati.
Saat
kekasihmu memergoki cara bersahabatmu yang tak biasa itu dan
menyampaikannya rasamu padanya, dan lalu diapun marah padamu. Maka
meluaplah marahmu pada kekasihmu dan kau pun mengancam kekasihmu, untuk
menyimpan semuanya. Kau merasa lebih baik kau tak usah punya semua! Tak
punya dia sebagai sahabat juga tak mau punya kekasihmu itu lagi! Padahal
aku dan kau tahu, kekasihmu sangat setia menemani hari-harimu, dalam
suka dan dukamu, begitu menyayangimu.
Ah, kau!
Aku melihat
caramu bersahabat dengan perempuan itu, itu bukanlah arti bersahabat
biasa! Engkau memakai label sahabat untuk menutupi rasa cintamu itu.
Tidakkah terpikir, ancamanmu pada kekasihmu telah melukai hatinya
begitu parah? Tak bernuranikah kau telah begitu menyakiti hati
kekasihmu? Hari ini aku bertemu dengan kekasihmu, wajah yang begitu
sendu, menyimpan danau di matanya itu.
Sudah ikhlaskah kau kehilangan kekasihmu demi cinta rahasiamu yang katamu sahabat itu? Kau mendustai hatimu sendiri!
Berpikirlah!
Namun, caramu yang begitu memujanya. Segala perhatianmu yang begitu mematuhinya. Menunjukkan betapa engkau penuh pengorbanan untuknya. Dari caramu yang begitu, engkau lebih rela meninggalkan kekasihmu dari pada kehilangan sahabat perempuanmu itu. Kau begitu mencintainya bukan? Sampai kau rela diam dan bungkam menahan semua yang kau rasa cukup di hatimu. Kau takut dia akan benar-benar membenci dan meninggalkanmu, jika saja dia tahu kau punya rasa itu.
Begitu hebatnya engkau menahan rasa cintamu padanya tanpa sedikitpun dia perduli pada rasamu. Bila engkau merasa rindu padanya, hanya dengan memandang wajahnya engkau sudah merasa seperti memeluknya dan mencumbunya dan engkaupun pulang dari menyambanginya dengan hati riang bahagia karena terobati sudah rasa merindumu padanya setelah hanya mencumbui bayang-bayangnya. Walau untuk mencintainya dan menemuinya engkau harus mendustai kekasihmu yang sangat menyayangimu.
Itu bukan sekedar rasa bersahabat biasa. Itu adalah rasa cinta yang dengan manis dan tersembunyi yang akan kau bawa sampai mati.
Saat kekasihmu memergoki cara bersahabatmu yang tak biasa itu dan menyampaikannya rasamu padanya, dan lalu diapun marah padamu. Maka meluaplah marahmu pada kekasihmu dan kau pun mengancam kekasihmu, untuk menyimpan semuanya. Kau merasa lebih baik kau tak usah punya semua! Tak punya dia sebagai sahabat juga tak mau punya kekasihmu itu lagi! Padahal aku dan kau tahu, kekasihmu sangat setia menemani hari-harimu, dalam suka dan dukamu, begitu menyayangimu.
Ah, kau!
Aku melihat caramu bersahabat dengan perempuan itu, itu bukanlah arti bersahabat biasa! Engkau memakai label sahabat untuk menutupi rasa cintamu itu.
Tidakkah terpikir, ancamanmu pada kekasihmu telah melukai hatinya begitu parah? Tak bernuranikah kau telah begitu menyakiti hati kekasihmu? Hari ini aku bertemu dengan kekasihmu, wajah yang begitu sendu, menyimpan danau di matanya itu.
Sudah ikhlaskah kau kehilangan kekasihmu demi cinta rahasiamu yang katamu sahabat itu? Kau mendustai hatimu sendiri!
Berpikirlah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar